SALAM SEMANGAT


Senin, 19 Mei 2014

KARAWITAN



Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada tanggal 11 April 2014 yang dimulai pada pukul 19.30 WIB yaitu tentang seni karawitan tradisional khususnya Jawa Tengah. Di Jawa Tengah karawitan hidup di berbagai tempat di pusat-pusat kota, pelosok desa, pedalaman sampai wilayah pesisiran. Bagi masyarakat Jawa, perangkat gamelan dalam seni karawitan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Sebagai bangsa yang memiliki kultur budaya jawa, kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. 


Di dalam suasana pertunjukan tersebut sangat tenang karena lantunan lagu macapat yang sangat indah untuk didengarkan. Seorang musisi (pengrawit) sudah mampu memahami rekan sekerjanya melalui interaksi musikal. Setiap permainan alat musik mempunyai makna dan maksud yang jelas, yaitu menuju suatu harmonisasi musikal. Bagi musisi karawitan Jawa harmonisasi berarti berpadunya alat (instrumen) musik dalam suatu sajian bersama. Meskipun masing-masing memainkan alat musik yang berbeda bentuk atau cara membunyikan berbeda, tetapi tujuannya tetap sama yaitu menciptakan suatu alunan musik yang sangat indah untuk dinikmati para penonton.
Selain keindahan lagu yang sangat memukau, pada penampilan tersebut juga mengunakan pakaian adat Jawa yang sangat bagus. Untuk perempuan menggunakan pakaian kebaya dengan atasan berwarna merah dan bawahan kain batik, sedangkan untuk laki-laki atasan berwarna hitam dan bawahan juga kain batik. Kebaya merupakan jenis busana yang dipakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah. Biasanya disertai kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara. Pada penampilan tersebut perempuan memakai baju kebaya menggunakan peniti renteng dipadukan dengan kain sinjang atau jarik corak batik, bagian kepala rambutnya digelung (sanggul), dan dilengkapi dengan perhiasan yang dipakai seperti subang, cincin, kalung.
Baju Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang dibuat dari kain kasa yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian tradisional yang lain seperti songket dengan motif warna-warni. Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat (http://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_kebaya, diakses Selasa, 6 Mei 2014).
Sedangkan pengamatan yang saya lakukan pada tanggal 16 April 2014 yang dimulai pada pukul 19.30 WIB di ISI Surakarta yaitu tentang seni karawitan kontemporer. Yang akan saya bahas yaitu seni karawitan dengan tema “kluthekan”. Pada penampilan tersebut menceritakan tentang suasana di warung yang sangat ramai dan sangat ribut. Dan dengan adanya keramaian tersebut dapat menciptakan suatu seni tersendiri atau dapat menciptakan suatu musik kontemporer.
Musik kontemporer merupakan musik yang liar dan memiliki visi mengedepankan  sifat – sifat kekinian. Musik yang mengemukakan sejak abad ke -20 di Indonesia ini muncul akibat pertemuan dua tradisi, yaitu  tradisi   budaya  Indonesia dan tradisi  budaya  Eropa. Pertemuan  musik  etnik  yang  beraneka  ragam di  Indonesia  dengan  musik  klasik   dari  Eropa telah banyak memberikan  warna baru, sehingga  banyak  komponis – komponis dari  Barat maupun Indonesia mengkolaborasikan dua kebudayaan ini. Eksperimen inilah selanjutnya  menghasilkan musik  yang  kebanyakan  orang  mengatakan sebagai musik  baru,  musik  inovatif,  atau  musik ekspeimental.
Setelah memahami apa yang sudah dipaparkan diatas mengenai kreativitas dan musik kontemporer, maka berpijak dari sinilah muncul sebuah imajinasi yang menghasilkan ide untuk membuat sebuah garapan musik kontemporer dengan tema “kluthekan”. Hal ini diperoleh atas pertimbangan potensi mahasiswa atau penata secara maksimal untuk berkreatifitas tanpa harus terbelenggu oleh aturan-aturan yang telah disepakati dalam musik-musik tradisi. Penata ingin memberikan kebebasan untuk berimajinasi, namun tetap berorientasi pada prinsip komposisi serta konsep-konsep estetika dengan arah karya ini.
Selain penampilan musiknya yang bagus penyaji juga menggunakan kostum yang sangat sesuai dengan keadaan pada saat di warung tersebut yaitu menggunakan pakaian sehari-hari seperti daster untuk perempuan dan kaos untuk laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar