Berdasarkan
pengamatan yang saya lakukan pada tanggal 11 April 2014 yang dimulai pada pukul
19.30 WIB yaitu tentang seni karawitan tradisional khususnya Jawa Tengah. Di
Jawa Tengah karawitan hidup di berbagai tempat di pusat-pusat kota, pelosok
desa, pedalaman sampai wilayah pesisiran. Bagi masyarakat Jawa, perangkat
gamelan dalam seni karawitan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan
nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Sebagai bangsa yang memiliki kultur
budaya jawa, kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan.
Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat
musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba
besar.
Di
dalam suasana pertunjukan tersebut sangat tenang karena lantunan lagu macapat
yang sangat indah untuk didengarkan. Seorang musisi (pengrawit) sudah mampu
memahami rekan sekerjanya melalui interaksi musikal. Setiap permainan alat
musik mempunyai makna dan maksud yang jelas, yaitu menuju suatu harmonisasi
musikal. Bagi musisi karawitan Jawa harmonisasi berarti berpadunya alat
(instrumen) musik dalam suatu sajian bersama. Meskipun masing-masing memainkan
alat musik yang berbeda bentuk atau cara membunyikan berbeda, tetapi tujuannya
tetap sama yaitu menciptakan suatu alunan musik yang sangat indah untuk
dinikmati para penonton.
Selain
keindahan lagu yang sangat memukau, pada penampilan tersebut juga mengunakan
pakaian adat Jawa yang sangat bagus. Untuk perempuan menggunakan pakaian kebaya
dengan atasan berwarna merah dan bawahan kain batik, sedangkan untuk laki-laki
atasan berwarna hitam dan bawahan juga kain batik. Kebaya merupakan jenis
busana yang dipakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya
Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah. Biasanya disertai kemben dan kain tapih
pinjung dengan stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan
maupun kalangan rakyat biasa baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian
upacara. Pada penampilan tersebut perempuan memakai baju kebaya menggunakan
peniti renteng dipadukan dengan kain sinjang atau jarik corak batik, bagian
kepala rambutnya digelung (sanggul), dan dilengkapi dengan perhiasan yang
dipakai seperti subang, cincin, kalung.
Baju
Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan
Malaysia yang dibuat dari kain kasa yang dikenakan dengan sarung, batik, atau
pakaian tradisional yang lain seperti songket dengan motif warna-warni. Asal
kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Dipercaya kebaya
berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa,
Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan
tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat (http://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_kebaya,
diakses Selasa, 6 Mei 2014).
Sedangkan
pengamatan yang saya lakukan pada tanggal 16 April 2014 yang dimulai pada pukul
19.30 WIB di ISI Surakarta yaitu tentang seni karawitan kontemporer. Yang akan
saya bahas yaitu seni karawitan dengan tema “kluthekan”. Pada penampilan
tersebut menceritakan tentang suasana di warung yang sangat ramai dan sangat
ribut. Dan dengan adanya keramaian tersebut dapat menciptakan suatu seni
tersendiri atau dapat menciptakan suatu musik kontemporer.
Musik
kontemporer merupakan musik yang liar dan memiliki visi mengedepankan sifat – sifat kekinian. Musik yang
mengemukakan sejak abad ke -20 di Indonesia ini muncul akibat pertemuan dua tradisi,
yaitu tradisi budaya
Indonesia dan tradisi budaya Eropa. Pertemuan musik etnik
yang beraneka ragam di
Indonesia dengan musik
klasik dari Eropa telah banyak memberikan warna baru, sehingga banyak
komponis – komponis dari Barat maupun
Indonesia mengkolaborasikan dua kebudayaan ini. Eksperimen inilah
selanjutnya menghasilkan musik yang
kebanyakan orang mengatakan sebagai musik baru,
musik inovatif, atau
musik ekspeimental.
Setelah
memahami apa yang sudah dipaparkan diatas mengenai kreativitas dan musik
kontemporer, maka berpijak dari sinilah muncul sebuah imajinasi yang
menghasilkan ide untuk membuat sebuah garapan musik kontemporer dengan tema
“kluthekan”. Hal ini diperoleh atas pertimbangan potensi mahasiswa atau penata
secara maksimal untuk berkreatifitas tanpa harus terbelenggu oleh aturan-aturan
yang telah disepakati dalam musik-musik tradisi. Penata ingin memberikan
kebebasan untuk berimajinasi, namun tetap berorientasi pada prinsip komposisi
serta konsep-konsep estetika dengan arah karya ini.
Selain
penampilan musiknya yang bagus penyaji juga menggunakan kostum yang sangat
sesuai dengan keadaan pada saat di warung tersebut yaitu menggunakan pakaian
sehari-hari seperti daster untuk perempuan dan kaos untuk laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar