SALAM SEMANGAT


Kamis, 19 Juni 2014

NILAI MORAL TAK BERARTI TANPA KECERDASAN

Mendikbud: Nilai Moral tak Berarti Tanpa Kecerdasan

 

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia Mohammad Nuh mengatakan, nilai moral menjadi tak berarti tanpa adanya kecerdasan dan keterampilan.

Pernyataan itu diucapkan Nuh saat pidato orasi ilmiah wisuda ke-72 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Malang, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (31/5). Dihadapan 1.134 wisudawan dan orang tua wali, Nuh meminta supaya lulusan UMM agar memiliki kebanggaan dan rasa syukur karena berhasil lulus dari kampus putih ini. Ini karena tidak semua orang bisa menjadi mahasiswa.

“Kalaupun jadi mahasiswa, tidak semuanya bisa kuliah di UMM yaitu salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Dan kalaupun bisa kuliah di sini tidak semuanya bisa lulus,” ujarnya, Sabtu.
Karena itu, Nuh menyebut para wisudawan ini sebagai generasi sang matahari karena memiliki kesempatan menghadirkan inspirasi dan pencerahan dengan ilmu yang telah dipelajari. Ia mengakui, moralitas dan kejujuran memang penting ditanamkan dan diterapkan para wisudawan.
“Namun tanpa kecerdasan dan keterampilan, nilai-nilai moral menjadi tak berarti di era sekarang ini,” ujarnya.

Untuk itu, ia menilai, inspirasi dan pencerahan nilai moral, kecerdasan, dan keterampilan itu sudah dicontohkan oleh UMM. Nuh mencontohkan, Sungai Brantas yang membelah kampus ini yang dimanfaatkan UMM sebagai pembangkit listrik tenaga mikro hidro.
Jadi terbukti bahwa adanya sungai tidak hanya memperindah kampus, tetapi bisa diberdayakan untuk memasok kebutuhan listrik. Pada kesempatan itu, Nuh juga mengatakan bahwa saat ini Indonesia berada pada posisi yang sangat bagus. Dari segi ekonomi, kata Nuh, Indonesia termasuk sepuluh besar ekonomi dunia.

Padahal dua tahun lalu, posisi Indonesia masih di 16 besar. Namun sayangnya, masih ada saja yang tidak percaya Indonesia saat ini mencapai prestasi itu. Sehingga tidak heran jika banyak orang Indonesia tidak percaya bahwa negara ini bisa menjadi sepuluh besar ekonomi dunia karena masyarakat Indonesia tengah mengidap perasaan rendah diri yang sudah membudaya (inferior).
“Rasa inferior itu terjadi karena kita sudah lama tidak merasakan keberhasilan, jadi sekali sukses rasanya aneh,” ujarnya.

Nuh juga memandang Indonesia diuntungkan karena secara demografis karena hingga tahun 2035, populasi bangsa ini akan diisi oleh orang-orang yang berada di usia produktif. Sehingga Indonesia akan menikmati kentungan demografis tersebut di usia 100 tahun Indonesia mereka yaitu 2045.
“Nah, kalian yang saat ini diwisuda menjadi bagian dari generasi ini,” tegasnya.


Sumber: republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar